Minggu, 09 Mei 2010

Optimis dalam Belajar

“Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan membuatnya faqih dalam agama. Dan ilmu itu hanya dapat diperoleh dengan belajar” -HR.Bukhari-

Hadist di atas tidak hanya berlaku bagi ilmu agama saja, karena pada kenyataannya suatu ilmu hanya dapat diperoleh dengan mempelajarinya.

Telah lama tertanam dalam sistem pendidikan kuno yang mengandalkan daya ingat otak dimana siswa harus menghafal nama, tanggal, dan segala sesuatu dengan mengulang-ulangnya sampai terpatri dalam ingatan. Sehingga belajar menjadi identik dengan hafalan yang banyak, usaha keras, dan merupakan suatu proses yang melelahkan. Ditambah lagi apabila para siswa belajar di bawah tekanan bayang-bayang pengajar yang galak dan nilai yang buruk.

Hal-hal di atas menyebabkan belajar menjadi sesuatu yang sulit dan menakutkan. Ketika siswa dituntut untuk belajar, tiba-tiba diserang  perasaan malas, tidak bersemangat, serta setengah hati dalam melakukannya, itupun jika ada ujian saja.

Bertahun-tahun para ilmuwan neurosains meneliti otak manusia. Dimulai dengan penemuan bahwa otak terbagi menjadi bagian tertentu dimana tiap orang memiliki kecenderungan memakai satu bagian otak sehingga muncul apa yang disebut dengan gaya belajar. Kemudian ditemukan pula bahwa kecerdasan manusia berbeda-beda (logika, musik, sastra, dsb) dan muncul pula empat tipe kecerdasan kreatif (intuitif, inovatif, imajinatif, inspiratif). Namun, akibat persepsi yang salah tentang belajar menyebabkan tiap orang sulit mengembangkan kecerdasannya.

Temuan terbaru para ilmuwan neurosains adalah bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar bergantung pada sikap mental, tidak peduli apakah ia pembelajar kinestetik, visual, atau audio. Sehingga segala permasalahan dalam belajar dapt diperbaiki dengan memperbaharui sikap mental (percaya diri dan menyemangati diri).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar