Jumat, 21 Mei 2010

YOU ARE THE BOSS, NOT YOUR MIND

I know this is only my mind just trying to connect all that memories with what suddenly I heard from my junior. Yea, that event always held every year. Also I secretly read the info in wall magz.
She, my junior, offered me to see that battle with her. But I... after knew 'that people' is in, I rejected it and swear not go to that place (laugh at myself).
She asked me 'why? were you always telling me about how exciting it?', and I always answered 'it was, but it isn't now'.
This morning, I was busy with myself and she knocked my door, "sister, please accompany me to 'that place', I was lefted by my team." she begged me. I was thinking and doing battled in my mind, not a problem, I just send her then go and..."okay miss manager, wait a minute."
Then I accompanied her with my motorbike. In front of 'that place' I said "semangat semangat !!" then I went.
I realize my heart beat wasn't as fast as 4 years ago when I frequently went to 'that place'. It is a stupid if this traumatic won't let go. yea again, don't force yourself just to follow your mind then waken up the athmosphere you don't like. you should control your mind. re battle goes on...

Minggu, 09 Mei 2010

rohismipa.webs.com

http://rohismipa.webs.com

Manusia dan Tuhannya

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amant itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Q.S 33:72

 Manusia amat zalim dan bodoh, begitu bodohnya hingga ia tidak berpikir untuk apa dan berhadapan dengan siapa ia. Berjalan di muka bumi dengan angkuhnya, membuat kerusakan dimana-mana. padahal ia hanyalah sebagian kecil makhluk di bumi yang dikiranya besar. Tata surya yang dikiranya besar, ternyata hanyalah sebagian kecil dari galaksi bimasakti yang besar. galaksi Bimasakti yang dikiranya besar, ternyata hanyalah setitik debu di antara berjuta-juta galaksi di jagat raya.

Manusia seharusnya sadar berhadapan dengan siapa ia. Ia berhadapan dengan Al Malik, Sang Penguasa, pencipta alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya. Ilmu-nya meliputi yang nyata dan yang gaib. Sayangnya, terkadang manusia terlalu sombong hingga ia enggan bersyukur dan lupa untuk bersabar.

Optimis dalam Belajar

“Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan membuatnya faqih dalam agama. Dan ilmu itu hanya dapat diperoleh dengan belajar” -HR.Bukhari-

Hadist di atas tidak hanya berlaku bagi ilmu agama saja, karena pada kenyataannya suatu ilmu hanya dapat diperoleh dengan mempelajarinya.

Telah lama tertanam dalam sistem pendidikan kuno yang mengandalkan daya ingat otak dimana siswa harus menghafal nama, tanggal, dan segala sesuatu dengan mengulang-ulangnya sampai terpatri dalam ingatan. Sehingga belajar menjadi identik dengan hafalan yang banyak, usaha keras, dan merupakan suatu proses yang melelahkan. Ditambah lagi apabila para siswa belajar di bawah tekanan bayang-bayang pengajar yang galak dan nilai yang buruk.

Hal-hal di atas menyebabkan belajar menjadi sesuatu yang sulit dan menakutkan. Ketika siswa dituntut untuk belajar, tiba-tiba diserang  perasaan malas, tidak bersemangat, serta setengah hati dalam melakukannya, itupun jika ada ujian saja.

Bertahun-tahun para ilmuwan neurosains meneliti otak manusia. Dimulai dengan penemuan bahwa otak terbagi menjadi bagian tertentu dimana tiap orang memiliki kecenderungan memakai satu bagian otak sehingga muncul apa yang disebut dengan gaya belajar. Kemudian ditemukan pula bahwa kecerdasan manusia berbeda-beda (logika, musik, sastra, dsb) dan muncul pula empat tipe kecerdasan kreatif (intuitif, inovatif, imajinatif, inspiratif). Namun, akibat persepsi yang salah tentang belajar menyebabkan tiap orang sulit mengembangkan kecerdasannya.

Temuan terbaru para ilmuwan neurosains adalah bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar bergantung pada sikap mental, tidak peduli apakah ia pembelajar kinestetik, visual, atau audio. Sehingga segala permasalahan dalam belajar dapt diperbaiki dengan memperbaharui sikap mental (percaya diri dan menyemangati diri).

Belajar dari Ibrahim alaihissalam

Ketika kita telah berusaha sungguh-sungguh namun hasil tidak sesuai harapan, ketika tiba-tiba sahabat yang kita cintai meninggalkan kita, ketika handphone yang kita sayangi hilang. Bukanlah karena Allah benci kepada kita. Justru itulah kasih sayang Allah, yang mengingatkan kita apabila diri melupakan-Nya.

Sama halnya dengan Nabi Ibrahim dan Ismail. Betapa Ibrahim sangat mencintai anaknya, Ismail. Maka Allah menguji keduanya dengan ujian yang berat. Ibrahim harus menyembelih Ismail, anak yang sangat dicintai. Bukan Allah membencinya, tapi justru Allah menyayangi Nabi Ibrahim. Allah tak ingin kecintaan Ibrahim terhadap Ismail melebihi kecintaan kepada-Nya, sehingga hal itu akan memberatkannya di akhirat nanti. Dan karena keduanya menyanggupi perintah Allah, terbukti Ibrahim lebih cinta kepada-Nya, maka Allah SWT pun menggantikan Ismail dengan hewan kurban.

Demikian halnya dengan kita. Mungkin kecintaan kita terhadap dunia membuat niat kita menuntut ilmu menjadi keliru, mungkin rasa sayang kita kepada sahabat kita melebihi cinta kepada Allah, mungkin barang berharga yang kita senangi melalaikan kita dari mengingat Allah. Allah tak ingin kita lalai dari-Nya sehingga menyulitkan kita di hari perhitungan nanti. Kebanyakan manusia baru tersadar ketika diingatkan dengan cara seperti itu.

LEMBARAN BARU KISAH BARU

Awal tahun, awal semester dan semua hari-hari penting lainnya (Idul Fitri, milad,dll) selalu dimanfaatkan sebagai momentum untuk menjadikan diri lebih baik lagi. Misalnya Maulid Nabi SAW dijadikan awal yang baik untuk lebih mengenal Rasulullah atau Hari Ibu yang dimanfaatkan seseorang untuk memperbaiki dan menjalin hubungan lebih baik lagi dengan sang Bunda. Ya, meskipun untuk melakukan perubahan bisa dilakukan kapan saja.
Penulis yakin, teman-teman memiliki tekad menjadi lebih baik dengan memanfaatkan momentum semester baru ini. Sayangnya terkadang tekad atau keinginan tersebut hanya sampai di situ saja. Tidak ada tindak lanjut darinya sehingga hanya bisa terkagum-kagum atas kesuksesa teman sementara nasibnya sendiri berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Itulah yang terus terulang tiap akhir semester ataupun tiap akhir jenjang pendidikan.

Gimana sih perasaan kita waktu pertama masuk universitas? Pasti ada keinginan ‘wah, di sini prestasiku harus lebih bagus lagi, lembaran baru kisah baru yang lebih bermutu ah’ atau buat yang udah nerima IP di akhir semester ‘semester depan IP kudu lebih bagus!’. Kemudian teman-teman mulai merencanakan suatu strategi untuk mencapainya. Namun semangat itu cuma bertahan di permulaan dan di pertengahan sampai akhir mulai kendur. Pada saat menerima hasil belajar, sejarah berulang terus di akhir semester yaitu kecewa dan menyesal. Padahal Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang saat ini sama saja dengan saat kemarin adalah orang yang rugi, dan orang yang saat ini lebih buruk dari saat kemarin, celaka ia!

Banyak hal yang menyebabkan semangat perubahan menjadi lebih baik tidak bertahan lama. Diantaranya adalah sikap lemah dan malas, maksudnya adalah tidak mampu memaksakan diri untuk berusaha keras dan berdisiplin. Dengan kata lain adalah memanjakan diri. Memang manusia cenderung pada posisi nyaman, sebisa mungkin memperoleh sesuatu tanpa bersinggungan dengan masalah. Padahal masalah tersebut akan mengantarkan pada tujuannya. Misalnya Seseorang bercita-cita pandai berorganisasi sehingga sukses di dunia kerja. Tetapi tidak ada usaha ke arah itu, waktu luangnya tidak dimanfaatkan dengan belajar berorganisasi dengan terjun langsung di kegiatan kampus atau LSM lain. Baginya mengikuti kegiatan semacam itu buang waktu dan menambah beban saja. ia pikir hanya dengan mempelajarinya dari buku atau hasil rekaan pikirannya ia dapat memecahkan permasalahan suatu kelompok. Hal ini sama seperti mempelajari teori renang tanpa praktek di kolam renang. Bagaimanakah saat ia harus mempraktekkan teorinya di kolam renang padahal berenang pun ia belum pernah? Jawabannya bisa-bisa tenggelam.  

Selain itu dapat pula disebabkan sudah menumpuknya segala persoalan maupun tanggung jawab pada semester yang ditinggalkan yang tidak atau belum terselesaikan. Misalnya teman-teman menargetkan nanti pada kelulusan hanya akan ada  tiga nilai C, namun pada awal semester saja sudah punya empat nilai C. Tentunya ini mempengaruhi semangatmu.

Niatnya hendak membuka lembaran baru untuk ditulisi dengan kisah baru yang bermutu, namun karena lembaran lama pun belum beres, menyebabkan pikiran dihantui oleh kegagalan. Sehingga problem yang lalu tak terselesaikan, problem yang sekarang tak terurus dan mengakibatkan beban semakin bertumpuk. Ya, menulis pada lembaran yang masih kosong dan putih bersih lebih enak ketimbang melanjutkan tulisan pada lembar lama, apalagi bila tulisan tersebut tidak beraturan dan banyak bekas hapusannya. Mengapa tidak tutup buku saja? Beban yang belum terselesaikan bisa dicantumkan pada lembaran baru, dijadikan program yang harus diselesaikan bersamaan dengan program semester baru pada periode berikutnya. Karena memang menulis pada lembaran baru lebih bisa menumbuhkan semangat baru. Jangan lupa setelah berusaha, berdo’alah meminta yang terbaik dari Allah SWT.