Kamis, 24 Mei 2012

(ˇ▽ˇ)-c<“‾ ³‾)

Tanda Bahwa Engkau Seorang Muslim

Ya Allah When "We" Cry In "Sajdah" And Ask Forgiveness To "You" Let "Our" Tears Cool The Hell Fire, amiiinn...



No Excuses For Pray














A busy life makes prayer harder
but prayer makes a busy life easier ♥

pics source: islamic knowledge on facebook

Minggu, 06 Mei 2012

Every Soul Shall Taste Death

Malam yang hening, tentu di malam hening kita bisa mendengarkan diri kita lebih khusyu'. Setelah seharian lelah beraktivitas, ditambah dengan pusing yang tidak bisa berkompromi, aku memutuskan tidur ba'da Isya. Terbangun pada beberapa jam kemudian, kulihat aktivitas malam yang dilakukan orang-orang rumah. Saudara-saudaraku yang menonton tayangan bola sambil sesekali saling berteriak (dalam arti berbicara yang kelewat antusias), bapak yang bekerja menatap layar komputer, dan ibu yang tengah menyetrika baju.

Tentu, kadang aku coba menyelami bagaimana perasaan orang-orang terdekatku. Aku bukan pembaca perasaan dan pikiran orang, mungkin semacam prasangkaku saja (yang kunilai sebagai prasangka baik). Sesungguhnya, ini adalah caraku menatap diriku sendiri dalam cermin. Kali ini Ibuku. Yang aku rasakan adalah, saat menyetrika, Ibu tengah mensyukuri apa yang ia dapat sampai saat ini. Bagaimana ia melewati masa kecilnya, remaja, dewasa, berkeluarga, hingga lahir anak-anaknya. Ia heran, anak-anaknya yang dulu masih kecil-kecil kini ia lihat sudah tumbuh besar. Setelah menyelami dirinya, aku kemudian melihat ke dalam diri sendiri.

Setiap orang akan terus tumbuh sampai batas waktunya. Aku hidup saat ini. Bukan kemarin, sejam atau semenit yang lalu. Bagaimana dengan besok? Aku teringat satu kata 'mati'. Seketika aku disergap ketakutan dan was-was, menahan tangisan. Kita pasti akan melewatinya. Ya, semua dari kita. Tapi, akan berakhir seperti apa? Itu lebih mengerikan ketimbang mati itu sendiri. Kadang, aku berpikir 'seandainya' mati adalah sebuah akhir, tentu aku lebih memilihnya secepat mungkin. Sayangnya, ia adalah awal. Awal dari kebahagiaan atau kesengsaraan abadi. Betul sekali, dengan demikian, memang mati adalah nasehat paling TOP hanya bagi orang-orang yang memercayai kehidupan setelah kematian. Mengapa hanya bagi mereka? Karena banyak juga orang-orang yang tidak takut terhadap nasehat itu, bahkan menjadikannya bahan lelucon. Orang yang menjadikan nasehat kematian sebagai lelucon, ia tertawa terbahak bersama sejumlah orang, padahal malaikat maut tengah mengintainya. Ia pasti datang, tepat waktu dan tak dapat diingkari.

Kita begitu lemah bahkan untuk melawan diri sendiri. Inginnya kita peroleh pilihan pertama, namun pikir, rasa, kata, dan laku kita tidak seutuhnya mengarah ke sana.

Jumat, 04 Mei 2012

Pengalaman Beli Barang Online

Saya baru pertama kali membeli barang secara online. Penghancur kertas manual. Saya membelinya dengan dua alasan. Pertama, saya penasaran dengan alat ini. Kedua, saya ingin mencoba apakah benar barangnya bisa sampai sungguhan (hehe). Lagipula, harganya cukup murah, jadi kalau tertipu pun saya tidak kehilangan banyak (hitung-hitung sebagai pengalaman). Selasa saya memesan barangnya, rabu saya lakukan pembayaran, dan Jum'at sore ini sampai ke tangan saya. Hasilnya... cukup memuaskan dan fungsi barangnya sesuai dengan yang saya inginkan.


pertama lihat alat semacam ini di komik Kariage-kun jaman dulu (dalam ceritanya, Kariage sedang menggiling dokumen yang hendak dibuangnya). Tetapi, yang ada di komik seperti mesin fotokopi dan ketika saya cari-cari di internet, harganya mahal sangat, seperti harga mesin fotokopi. Begitu tahu ada yang manualnya, langsung saja saya buru.


Lain kali saya akan membeli buku via online saja (tentu dengan memilih penerbit/distributor resmi, plus meneliti apakah toko online tsb benar adanya/bukan penipuan). Kalau mesti ke toko buku, kadang kehabisan atau tidak ada. Buang waktu dan kalau tidak ada buku yang ingin dibeli malah uangnya terpakai untuk membeli yang lain. Beda urusan kalau memang niat sekalian jalan-jalan ke toko buku =)

Ambillah Inspirasi dari Sekitarmu

Saya teringat pengalaman menulis skripsi dulu. Saya terbiasa mengetik dan mengeprint di kosan, kapanpun__bisa siang bisa malam. Tibalah saat printer rusak karena mesinnya terkena bocoran tinta. Kerumitan pun dimulai (kerumitan yang dirasa sendiri). Masalahnya adalah, biasa ada printer dan kini tidak ada. Jadi, setiap mengeprint revisi atau bahan skripsi, saya harus pergi ke rental komputer, bolak-balik, bolak-balik. Umumnya, satu rental maksimal 2 printer yang berfungsi dengan baik, sehingga harus mengantri lama (karena satu orang bisa mengeprint puluhan lembarr). Kadang, saya akan menempuh jarak yang jauh (ke daerah luar kampus) jika sedang tidak mood mengantri. Ya Allah, saat seperti itu kesal sekali rasanya =D

Sampai suatu hari saya sedang mengeprint untuk yang kesekian kalinya, saya bertemu adik kelas saya satu lab dan sama-sama sedang menulis skripsi, namanya Riska. Perlu diketahui bahwa ia tinggal dekat dengan rumah Mbah. Jaraknya lumayan jauh dan ia setiap hari pulang pergi kampus-rumah. Padahal saya yang seminggu sekali saja merasa lelah, bagaimana dengan Riska yang setiap hari?

Saat itupun saya tanyakan hendak apa ia, "ngetik revisian lagi mba". Saya jadi salut dengannya. Apalagi saya dengar darinya, kalau mau ngetik ya mesti ke Purwokerto dulu, di daerah pasar Rawalo ada rental tetapi mahal, mending ke Purwokerto, sekalian bimbingan di kampus. Ia begitu semangat mengerjakan skripsi meski harus ke rentalan dulu. Darinya saya beroleh inspirasi dan semangat. Kalau Riska bisa, saya juga pasti bisa. Ini cuma masalah kebiasaan saja. Riska biasa mengetik dan mengeprint di rental, jadinya ia enjoy. Saya harusnya lebih enjoy lagi karena ke rental hanya untuk mengeprint saja. Saya pun harus membuatnya biasa.

Akhirnya, saya pun terbiasa dan sangat menikmati aktivitas ini. Skripsi saya selesai dengan bantuan inspirasi dari seorang Riska dan printer rental komputer sekitaran kampus Unsoed. Terima kasih atas inspirasinya.
___________________________________________________
jelek amat tulisan saya,,, *lama gak nuls