Minggu, 09 Mei 2010

LEMBARAN BARU KISAH BARU

Awal tahun, awal semester dan semua hari-hari penting lainnya (Idul Fitri, milad,dll) selalu dimanfaatkan sebagai momentum untuk menjadikan diri lebih baik lagi. Misalnya Maulid Nabi SAW dijadikan awal yang baik untuk lebih mengenal Rasulullah atau Hari Ibu yang dimanfaatkan seseorang untuk memperbaiki dan menjalin hubungan lebih baik lagi dengan sang Bunda. Ya, meskipun untuk melakukan perubahan bisa dilakukan kapan saja.
Penulis yakin, teman-teman memiliki tekad menjadi lebih baik dengan memanfaatkan momentum semester baru ini. Sayangnya terkadang tekad atau keinginan tersebut hanya sampai di situ saja. Tidak ada tindak lanjut darinya sehingga hanya bisa terkagum-kagum atas kesuksesa teman sementara nasibnya sendiri berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Itulah yang terus terulang tiap akhir semester ataupun tiap akhir jenjang pendidikan.

Gimana sih perasaan kita waktu pertama masuk universitas? Pasti ada keinginan ‘wah, di sini prestasiku harus lebih bagus lagi, lembaran baru kisah baru yang lebih bermutu ah’ atau buat yang udah nerima IP di akhir semester ‘semester depan IP kudu lebih bagus!’. Kemudian teman-teman mulai merencanakan suatu strategi untuk mencapainya. Namun semangat itu cuma bertahan di permulaan dan di pertengahan sampai akhir mulai kendur. Pada saat menerima hasil belajar, sejarah berulang terus di akhir semester yaitu kecewa dan menyesal. Padahal Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang saat ini sama saja dengan saat kemarin adalah orang yang rugi, dan orang yang saat ini lebih buruk dari saat kemarin, celaka ia!

Banyak hal yang menyebabkan semangat perubahan menjadi lebih baik tidak bertahan lama. Diantaranya adalah sikap lemah dan malas, maksudnya adalah tidak mampu memaksakan diri untuk berusaha keras dan berdisiplin. Dengan kata lain adalah memanjakan diri. Memang manusia cenderung pada posisi nyaman, sebisa mungkin memperoleh sesuatu tanpa bersinggungan dengan masalah. Padahal masalah tersebut akan mengantarkan pada tujuannya. Misalnya Seseorang bercita-cita pandai berorganisasi sehingga sukses di dunia kerja. Tetapi tidak ada usaha ke arah itu, waktu luangnya tidak dimanfaatkan dengan belajar berorganisasi dengan terjun langsung di kegiatan kampus atau LSM lain. Baginya mengikuti kegiatan semacam itu buang waktu dan menambah beban saja. ia pikir hanya dengan mempelajarinya dari buku atau hasil rekaan pikirannya ia dapat memecahkan permasalahan suatu kelompok. Hal ini sama seperti mempelajari teori renang tanpa praktek di kolam renang. Bagaimanakah saat ia harus mempraktekkan teorinya di kolam renang padahal berenang pun ia belum pernah? Jawabannya bisa-bisa tenggelam.  

Selain itu dapat pula disebabkan sudah menumpuknya segala persoalan maupun tanggung jawab pada semester yang ditinggalkan yang tidak atau belum terselesaikan. Misalnya teman-teman menargetkan nanti pada kelulusan hanya akan ada  tiga nilai C, namun pada awal semester saja sudah punya empat nilai C. Tentunya ini mempengaruhi semangatmu.

Niatnya hendak membuka lembaran baru untuk ditulisi dengan kisah baru yang bermutu, namun karena lembaran lama pun belum beres, menyebabkan pikiran dihantui oleh kegagalan. Sehingga problem yang lalu tak terselesaikan, problem yang sekarang tak terurus dan mengakibatkan beban semakin bertumpuk. Ya, menulis pada lembaran yang masih kosong dan putih bersih lebih enak ketimbang melanjutkan tulisan pada lembar lama, apalagi bila tulisan tersebut tidak beraturan dan banyak bekas hapusannya. Mengapa tidak tutup buku saja? Beban yang belum terselesaikan bisa dicantumkan pada lembaran baru, dijadikan program yang harus diselesaikan bersamaan dengan program semester baru pada periode berikutnya. Karena memang menulis pada lembaran baru lebih bisa menumbuhkan semangat baru. Jangan lupa setelah berusaha, berdo’alah meminta yang terbaik dari Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar