Kamis, 22 Maret 2012

NtMS = Note to My Self *baru tau

Pujian dan Makian Itu

Jawaban terindah pada pemfitnah; "Jika kau benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kau keliru, semoga Allah mengampunimu."

Jawaban terbaik pada penghina kehormatan; "Yang kau katakan tadi sebenarnya pujian; sebab aslinya diriku lebih mengerikan."

Jawaban teragung pada caci maki & kebusukan; "Bahkan walau ingin membalas, aku tak kuasa. Sebab aku tak punya kata-kata keji & nista."

Terjawablah pujian; "Moga Allah ampuni aib yang tak kau tahu; tak menghukumku sebab sanjungmu; & jadikanku lebih baik dari semua itu."

================================================

Twitografi Salim A. Fillah. Ternyata banyak yang ngretweet juga. Saya senang membacanya =)

Rabu, 21 Maret 2012

Kenangan Bersama Ayah

Dalam sebuah perjalanan menyusuri pantai utara
Berkereta di tengah malam Surabaya - Jakarta
Kuteringat masa indah di masa-masa kecilku
Kenangan bersama ayah di kampung halaman

Sungguh indah
Terlalu manis untuk dilupakan
Sungguh mesra
Meski beriring ketegangan

Suasana pengajian petang seperempat malam pertama
Riuh rendah suara hafalan atau cemeti hukuman
Hening hanya decahan kala epik dipaparkan
Liku-liku perjuangan para pahlawan Islam

Yang gagah perkasa
Di medan perjuangan
Yang tak takut mati
Untuk meraih kemuliaan Islam

Ayah terima kasih nanda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
Yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku

Allah s'moga Kau berkenan
Membalas s'gala kebaikannya
Menerimanya, dan meridhoinya
Di hadirat-Mu

===================================================
saya suka lagu ini

Jumat, 16 Maret 2012

Pamerin Buku 2012

Yep yep, betul itu gak salah judulnya. Saya mau pamer buku-buku yang saya beli kemarin di IBF. Hmmm, tapi-tapi-tapii... ini buku-buku titipan a.k.a bukan punya saya. Beberapa alumni Rohis MIPA berinisiatif menyumbang sejumlah dana untuk membeli buku Perpustakaan Raudhotul 'ilmi. Berhubung saya sedang limit, yaa jadi nyumbang waktu, tenaga, dan ongkos aja deh =D.

Sekalian mau menunjukkan ke (ehm) donaturnya, ada yang warga MP. Ini bukti saya dah beli bukunya lho, kalo struk/kwitansi pembelian nanti akan saya kirim secara personal ke masing-masing donatur.

Sebagian buku sudah saya buka sampulnya, karena saya ingin membacanya juga (Insya Allah gpp yo). Sebagian pula ingin saya miliki (ahaha). Contohnya, Api Sejarah. Pada akhirnya, hari kedua saya ke IBF, saya beli untuk sendiri deh =.=a

Menara buku


Menara buku dari sudut atas


Itu tuh, Api Sejarah (1 dan 2). Waktu IBF dulu, saya inget banget kalo ni buku diteriakin sama yang jual "Api Sejarah! Api Sejarah! Ayo mba." Banyak mahasiswa dan pemuda yang mengerumuni. Cuma, karena saya lihat sampulnya merah dan hitam semua, euuhh tak kira sesuatu berbau kiri. Ternyata anak Rohis ada yang request. Begitu sampe rumah, saya buka sampulnya dan baca dan... TOP dehh. Makin bangga jadi orang Indonesia, bangga menjadi muslim.


Siap dikirim

Selasa, 06 Maret 2012

Belajar Menjadi Egois dan Individualis

Dalam memandang hidup di dunia (keluarga, teman, dan orang lain), hendaknya kita lapang dada, menyediakan nafas yang panjang, dan memberikan pemakluman-pemakluman, atas segala ucapan dan perilaku mereka. Baik kepada kita maupun kepada hidup mereka.

Sementara, dalam memandang hidup di akhirat (diri sendiri), hendaknya kita keras, egois, dan individualis. Sehingga, kita tidak terlalu kecewa dengan khilafnya sikap orang lain, yang berakibat kepada mutung dan melakukan pembenaran, lalu ikut-ikutan melakukan kesalahan.

Ketika orang lain melakukan kesalahan kepada kita, lapang dada dan maafkan. Namun, hendaknya kita berusaha untuk tidak melakukan hal sama terhadap orang tersebut atau orang lain, itulah yang dimaksudkan egois di sini. Egois dan individualis terhadap amal-amal. Karena, saat menghadap pengadilan Allah, kita akan datang sendiri. Pada akhirnya kitapun sibuk mencemaskan diri masing-masing. Boro-boro orang tua atau anak.

Lebih menguntungkan jika kita sibuk memperbaiki diri, ketimbang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Karena pada hakikatnya, ketika kita diperlihatkan keburukan-keburukan orang lain, bisa jadi itulah keburukan kita yang tidak kita sadari. Sehingga, cara memperbaiki keburukan itu adalah dengan mengoreksi dan memperbaiki diri sendiri.