Jumat, 13 Agustus 2010

Mengubah Mood

Setiap orang ada masa kuat dan masa lemahnya. Dalam masa kuat, apa saja bisa dihadapi, mau seperti apapun masalah dan hambatannya. Tapi kalau lagi lemah? Kadang hal sepele bisa beraat banget.

Ini ada sedikit sharing tentang bagaimana diri saya (ehm) membangkitkan kembali kekuatan saya. Terinspirasi dari jaman SD dulu. Saya agak-agak ingat dengan seorang teman yang badung alias pembuat onar. Kalau sudah kumat, maka guru saya menjadi sering memberinya tugas menulis ulang sebuah kalimat sebanyak 3 sampai 5 lembar.
saya tidak akan nakal lagi
saya tidak akan nakal lagi
saya tidak akan nakal lagi
Kira-kira begitulah bunyinya. Anaknya tetep aja tengil sih. ==a

Pada suatu waktu saya sedang down tiba-tiba saja teringat hal tersebut, ditambah lagi renungan hasil baca-baca buku. Ketika kita berkata bisa! maka pikiran akan men-set dan mengkoordinsikan semua gerak tubuh ke arah bisa tadi. Nah, akhirnya saya nikmati saja keadaan down saya. Saya tidak akan melakukan apapun yang berhubungan dengan kewajiban yang harus saya selesaikan.

Saya menikmati kelesuan sambil bermalas-malasan mencoreti kertas kosong dengan kalimat berulang-ulang, misalnya
Aku semangat penelitian, asiik
Aku semangat penelitian, asiik
Aku semangat penelitian, asiik

Kadang bisa satu lembar penuh sambil mensugesti diri sendiri bahwa proses meulis tadi akan membuat otak merespon dengan baik pesan yang saya sampaikan. Karena dengan menulis, banyak hal terlibat, seperti gerakan tangan yang naik dan turun, kulit yang menekan alat tulis dan buku, bola mata yang bergerak, dan pikiran malas saya. Dari hal-hal tadi saya berharap mood saya berubah menjadi lebih baik dalam menghadapi sesuatu yang sedang dihindari dan cukup berhasil untuk saya pribadi.

Satu lagi, otak/pikiran kita sangat anti dengan penolakan (itulah mengapa manusia benci jika dirinya ditolak, diabaikan, dan benci dengan kegagalan). Jadi, saya mencoba menghindari menulis kata tidak/jangan, misal
saya tidak takut
Soalnya nanti yang diterima alam bawah sadar kita bukannya saya tidak takut, tapi malah saya takut.
Jadi kalimat saya tidak takut sebaiknya diganti menjadi saya berani.

2 komentar: