Kamis, 05 Agustus 2010

Ada Cinta Maka Ada Rindu

Cinta, lagi-lagi cinta. Ada cinta maka ada rindu Mulanya ada cinta hanya untuk diri sendiri, cinta seorang anak. Seorang anak akan mencintai segala hal yang menyenangkannya, mainan, makanan, dan perhatian orangtua. Saat si anak beranjak remaja ia mengenal cinta teman-teman, sahabat, dan kerabat sebaya. Cinta yang memberinya keakuan sosial sebagai seorang manusia.

Tiba saat ia diperkenalkan dengan cinta hakiki dimana ia harus mencintai Allah dan Rasulullah melebihi cinta kepada ibu, bapak, saudara, dan teman-temannya. Ia mempelajari dan menerimanya.

Sebagaimana perkembangan fisik dan jiwanya ia mulai merasakan hidupnya sepi. Meski ada orang-orang terkasih di sekitar, ia tetap saja merindukan seseorang untuk berbagi, mencurahkan, dan melengkapi ruhnya.

Namun kehadiran seseorang itu adalah misteri. Saat-saat penantianpun mengundang banyak cobaan. Pikiran yang tak bisa dibatasi dan tabiat jiwa yang menyukai keindahan menjadi celah. Celah bagi setan ntuk mengajaknya menjadi pengkhianat.

Jiwanya merindu, maka pikiran membutuhkan sosok untuk dirindu. Ketika itulah setan bekerja. Terliliplah matanya pada sosok indah yang dilihat. Pikiran menggunakan dia sebagai pengganti sosok yang mulanya tak berwujud. Karena seseorang itu belum jua datang, dia menjadi objek kerinduan jiwa, wahai jiwa kasihan dia yang belum tentu menjadi takdirmu.

Ketika merindu, maka pikirannya menjadi tumpul, ia senantiasa berapologi atas apa yang menimpa. Maka nasehat adalah percuma untuk orang yang sedang dimabuk rindu, percayalah (kau kan juga pernah mengalami). Tapi kawan, jangan engkau menghinakan sahabatmu itu atau meninggalkannya karena sesungguhnya jiwanya sedang rapuh. Hal terbaik yang bisa kau lakukan adalah mendampingi, menjadi pendengar dan orang kepercayaan. Kuatkan dirinya, bahwa tak perlu ia mencari perhatian dia karena kau sebagai sahabat senantiasa memperhatikan.

Ada masa dimana pikiran menjadi waras dan sadar sepenuhnya. Jika sahabatmu meminta nasehatmu, maka berikan nasehat tanpa melukai. Pasti kau berharap ia insaf seketika, bersabarlah dengan usahamu hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya. Semoga pengalamannya bisa menjadi pelajaran berharga untukmu, untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar