Selasa, 06 Maret 2012

Belajar Menjadi Egois dan Individualis

Dalam memandang hidup di dunia (keluarga, teman, dan orang lain), hendaknya kita lapang dada, menyediakan nafas yang panjang, dan memberikan pemakluman-pemakluman, atas segala ucapan dan perilaku mereka. Baik kepada kita maupun kepada hidup mereka.

Sementara, dalam memandang hidup di akhirat (diri sendiri), hendaknya kita keras, egois, dan individualis. Sehingga, kita tidak terlalu kecewa dengan khilafnya sikap orang lain, yang berakibat kepada mutung dan melakukan pembenaran, lalu ikut-ikutan melakukan kesalahan.

Ketika orang lain melakukan kesalahan kepada kita, lapang dada dan maafkan. Namun, hendaknya kita berusaha untuk tidak melakukan hal sama terhadap orang tersebut atau orang lain, itulah yang dimaksudkan egois di sini. Egois dan individualis terhadap amal-amal. Karena, saat menghadap pengadilan Allah, kita akan datang sendiri. Pada akhirnya kitapun sibuk mencemaskan diri masing-masing. Boro-boro orang tua atau anak.

Lebih menguntungkan jika kita sibuk memperbaiki diri, ketimbang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain. Karena pada hakikatnya, ketika kita diperlihatkan keburukan-keburukan orang lain, bisa jadi itulah keburukan kita yang tidak kita sadari. Sehingga, cara memperbaiki keburukan itu adalah dengan mengoreksi dan memperbaiki diri sendiri.

4 komentar:

  1. Super sekali.. mba....
    tapi saya blom bisa keras thd diri sendiri, kebanyakann berleha2 thd akhirat sedih jadinya

    susah untuk keras thd diri sendiri :((

    BalasHapus
  2. Demikianlah adanya, qt lbh mudah berapologi thd kelalaian diri sndiri ='(

    BalasHapus
  3. iniiii...
    berusaha keras biar fokus ke perbaikan diri sendiri, mba...
    thanks udah sharing...

    BalasHapus
  4. Ini denger dari s'org ustdz pas tasqif. Coba sy tuang dlm tulisan. Sm2 =D

    BalasHapus