Sabtu, 28 April 2012
Kamis, 26 April 2012
Mengubah Rasa Sepat Menjadi Manis (Pisang Uli)
Iris gula jawa dan rebus.
Pisang uli tadi (sudah dikupas) rebus bersama gula jawa.
Tiriskan.
Rasanya dijamin menjadi manis (karena resapan gula jawa).
Karena wujudnya demikian (kurang menarik), kita bisa panggang pisangnya dengan topping coklat mesis dan keju parut.
Nyammm... Silahkan dicoba ide mengubah rasa ini...
Black is Better
FYI, there is not only lead with diameter 0.5 mm but also 0.7 mm. So, notice carefully. Because I bought pencil for 0.7 mm lead and one dozen 0.5 mm lead. They are not matching. Then I came back to get their match =(
Senin, 23 April 2012
Kamis, 19 April 2012
Selasa, 17 April 2012
Kesabaran adalah Pelita
Saat di rumah, saya lempar kembali pertanyaan tersebut kepada adik saya, dia malah menjawab,"Apa? sabar y sabar.". Saya juga sempat bingung, dan berpikir hmmm, pantaslah kebanyakan kita tidak bisa sabar, definisinya saja kita masih ragu =D
"Menurut Rasulullah, sabar adalah pelita.., diriwayatkan oleh Muslim di Kitab Riyadusholihin. Nanti dicari y?!" lanjut beliau.
Kemudian, langsung saja saya bertanya ke Ust. Google tentang definisi ini, dapatlah pembahasan singkat yang bagus. berikut saya copaskan.
Hadits ke-25 Riyadhush Shalihin
وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال: قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم “الطهورشطر الإيمان, والحمد لله تملأ الميزان, وسبحان الله والحمد لله تملأن أو تملأ ما بين السموات والأرض, والصلاة نور, والصدقة برهان, والصبرضياء, والقران حجة لك أو عليك. كل الناس يغدو فبائع نفسه, فمعتقها أوموبقها” – رواه مسلم
Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari (semoga Allah meridhainya) berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Kesucian adalah setengah daripada iman, dan (ucapan) ‘Alhamdulillah’ (Segala puji bagi Allah) memenuhi timbangan, dan (ucapan) ‘Subhanallahu wa Alhamdulillah’ (Maha Suci Allah dan Segala Puji bagi Allah) memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi, dan Shalat adalah cahaya, dan Sedekah adalah bukti, dan Kesabaran adalah Pelita, dan Al Qur’an akan menjadi hujjah (argumen) yang membelamu atau yang menuntutmu. Setiap manusia keluar di pagi hari untuk menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada yang membinasakan dirinya” – Riwayat Muslim
Hadits ini merupakan hadits pertama yang dinukil Imam Nawawi rahimahullah dalam bab Sabar di kitab beliau Riyadush Shalihin. Relevansi hadits ini dengan bab Sabar adalah bagian “Kesabaran adalah Pelita”.
Syaikh Utsaimin rahimahullah menerangkan dalam syarahnya: Yaitu meneranginya ketika dia berada dalam kegelapan dan ditimpa musibah. Jika dia sabar, maka kesabaran itu bisa menjadi sinar baginya menuju kebenaran. Maka dari itu, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sabar termasuk salah satu diantara hal yang dengannya bisa dijadikan sebagai sarana meminta pertolongan (sebagaimana firman-Nya: واستعينوا بالصبر والصلاة “dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” – Al Baqarah 153). Kesabaran adalah cahaya bagi manusia dalam hatinya, cahaya baginya dalam menempuh cara, metode, dan amalnya. Karena setiap kali dia berjalan menuju Allah, maka Allah menambah petunjuk dan cahaya di dalam hati dan penglihatannya.
Diantara ketelitian perkataan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam adalah penyebutan والصبرضياء yang maknanya “dan kesabaran adalah Pelita/Sinar, dimana dalam cahayanya ada rasa panas, seperti firman-Nya:
هو الذي جعل الشمش ضياء والقمر نورا
“Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya” (Yunus 5)
Kata ‘dhau‘ berarti cahaya yang ada panasnya sedikit. Begitu juga kesabaran, di dalamnya ada sedikit rasa panas dan capek, karena di dalamnya ada kesulitan yang besar, maka dari itu pahala kesabaran tidak terhitung jumlahnya.
إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Az-Zumar 10)
Demikian penjelasan yang berkaitan dengan Sabar dari Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh Utsaimin rahimahulllah.
Beberapa faedah tambahan dari hadits diatas diantaranya:
1. Kesucian adalah sebagian dari Iman. Kata ‘Ath-Thuhur‘ berarti kesucian manusia, dan ‘Syathru al-iman‘ berarti setengah (sebagian) dari iman. Karena keimanan adalah membersihkan dan menghiasai, yaitu membersihkan dari kesyirikan. Hendaknya manusia bersuci secara jasmani, yaitu dari segala bentuk najis, dan secara ruhani, yaitu dari segala bentuk keburukan. Maka dari itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjadikan kesucian setengah dari iman.
Redaksi ‘Kesucian adalah sebagian dari Iman’ adalah redaksi yang shahih dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan ungkapan ‘Kebersihan adalah bagian dari Iman’ bukanlah hadits yang sah
2. Ucapan ‘Alhamdulillah‘ merupakan kalimat yang mengandung pahala yang besar, hingga dikatakan memenuhi mizan, yaitu sesuatu yang dengannya amal perbuatan ditimbang. Alhamdulillah adalah kalimat pujian. Pujian diberikan kadang untuk menetapkan kesempurnaan, dan kadang untuk menolak kekurangan, kadang untuk mengakui kelemahan, dan kadang untuk menempatkannya pada posisi tertinggi. Huruf Alif dan Lam pada kata Al-Hamdu untuk menunjukkan jenis pujian yang sangat mendalam. Segala puji, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui, hanya Allah lah yang berhak memilikinya. Semua pujian derajatnya ada di bawah kata alhamdulillah.
3. Ucapan ‘Subhanallah wal hamdulillah’ memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi. Hal ini karena ungkapan tersebut memadukan antara membersihkan dan menghiasi. Kalimat ‘Subhanallah’ merupakan pensucian Allah dari segala kekurangan, sedangkan kaliman ‘Alhamdulillah’ mensifati Allah dengan segala kesempurnaan. Oleh karena itu Allah senantiasa dipuji dalam segala keadaan, sebagaimana yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Alhamdulillahi ‘ala kulli hal “Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan)
4. Shalat adalah Cahaya. Dalam penggalan ini, dikatakan sebagai ‘nuur‘, yang berarti cahaya yang dingin, sebagaiman cahaya bulan yang juga disifati dengan ‘nuur‘, dingin dan tidak memberikan efek panas, bahkan ‘nuur‘ adalah cahaya yang mempunyai sifat dingin dan sejuk. Maka dari itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bersabda:
وجعل قرة عيني في الصلاة
“Shalat pun dijadikan penyejuk mata bagiku” [HR. An Nasai no. 3939, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Lihat Al Misykah no. 5261 dan Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 3124]
5. Sedekah adalah bukti, maksudnya bukti iman. Karena harta disenangi oleh jiwa dan jiwa sangat tertarik kepadanya. Jika seseorang membelanjakannya karena Allah, maka manusia tidak membelanjakan sesuatu yang dicintai kecuali untuk sesuatu yang lebih dicintainya. Maka orang yang paling baik imannya kepada Allah adalah yang paling banyak sedekahnya. Ini meliputi sedekah yang wajib (yaitu zakat) maupun yang sunnah.
6. Al Qur’an akan menjadi hujjah (argumen) yang membelamu atau yang menuntutmu. Al Qur’an akan menjadi hujjah yang akan membelamu manakala engkau beriman dengan benar terhadap Al Qur’an, yaitu membacanya, memahaminya, mengamalkan hukum-hukum yang ada di dalamnya baik berupa perintah atau larangan, menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Allah, mengagungkannya, serta menghormatinya. Sebaliknya jika engkau mengabaikannya, berpaling dari petunjuknya, tidak membaca, tidak memahami, serta tidak mengamalkannya, maka kelah Al Qur’an akan menjadi saksi atas perbuatanmu yang tercela itu.
7. Setiap manusia keluar di pagi hari untuk menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada yang membinasakan dirinya. Penggalan ini menunjukkan 2 jenis manusia, yaitu:
Pertama, orang yang setiap pagi menjual diri untuk membebaskan dirinya, yaitu orang mukmin, dimana dia memulai harinya sejak bangun tidur dengan beribadah kepada Allah, bersuci, mendirikan shalat, lalu melanjutkan aktivitas dunianya dalam rangka menjalankan perintah Allah.
Kedua, orang yang setiap hari menjual diri untuk membinasakan dirinya, Na’udzubillah, yaitu orang kafir, dimana dia memulai harinya dengan berbuat maksiat kepada Allah, sehingga jika dia mulai makan dan minum, maka karena makan dan minumnya dia akan disiksa pada hari kiamat. Setiap makanan dan minuman yang diangkat orang kafir ke dalam mulutnya akan mendatangkan azab atasnya.
http://pustakaalatsar.wordpress.com/2011/06/03/kesabaran-adalah-pelita/
Tinta Perjalanan
update terus dan bagus2. salut sama pemilik blog ini. secara saya gak suka blog kuburan (alias blog yang gk pernah diurusin sama pemiliknya)
Sholatlah Sebelum Sholat
Kamis, 12 April 2012
Sang Waktu
Sabtu, 07 April 2012
Adakah Mantan Akhwat ?
ilmu sebagai bekal, amal sebagai pergerakan, dan jama'ah sebagai penjagaan
Pada salah satu hari di minggu ini, karena suatu keperluan, saya mengunjungi sebuah rumah. Penghuni rumah ini berisi bapak, ibu, anak lelaki, dan anak perempuan. Setelah lama berbincang, si Ibu berkata.”Mba, kenal akhwat-akhwat tarbiyah ya?” Tentu, mungkin karena saya mengenakan rok dan kaos kaki, plus jaket gombrong, meskipun jilbab saya tidak terlihat, si ibu bisa menerka kiranya saya anak pengajian.
“Iya Bu, kebetulan saya tarbiyah. Kenapa memangnya Bu?” Saya penasaran karena ibu ini potongannya ammah. Istilah akhwat tarbiyah tentu hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu/pernah terlibat aktivitas pengajian.
“Saya dulu juga ngaji bareng akhwat-akhwat tarbiyah” tambah si ibu.
“Oo, di mana Bu?” ternyata betul si ibu pernah ngaji.
“Di kampung. Dulu sih waktu SMA” Tambah si ibu. Beliau ini asli Tegal.
“Sekarang udah enggak lagi. Dulu ngajinya bareng ummahat-ummahat pada bawa anak. Terus kalau akhwat dijodohkan dengan ikhwan ya. Saya dulu juga tapi gak jadi. Eeh, malah sama si Bapak.” Kata si ibu sambil menunjuk ke arah suaminya.
“Yaa, udah jodohnya Bu” saya menimpali sambil nyengir.
Mantan akhwat. Oh how? Saya miris jika melihat dalam rumah tersebut, tiada sedikitpun bekas yang menunjukkan ibu ini pernah ngaji. Alhamdulillah si ibu berjilbab. Maksudnya, bekas pada suami dan anak-anaknya. Saya teringat perkataan Mr saya, amat disayangkan jika seorang akhwat yang bertahun tarbiyah kemudian berhenti. Padahal, lewat tarbiyah para akhwat beroleh motivasi dan ilmu sebagai bekal menjadi madrasah pertama putra putrinya. Bekal ilmu pula dalam bermasyarakat dan bagaimana ia mewarnai tempat ia berada dengan nilai-nilai ma’ruf. Mengubah dirinya, keluarganya, masyarakatnya, kemudian negara dan dunia.
Benar sekali. Tarbiyah bukanlah segalanya. Kita tidak belajar ilmu fiqih secara detail, ilmu syariah secara menyeluruh, ilmu tafsir secara lengkap. Karena jika pembinaan adalah menguasai ilmu-ilmu tersebut, toh banyak media lain, tak perlu pembina/pembimbing. Di buku, internet, radio, dan tivi bertebaran materi-materi dan ilmu-ilmu tersebut.
Pembinaan rutin dengan seorang pembina adalah ruang motivasi agar manusia mau terus membekali dirinya dengan ilmu dan bergerak amal, ruang penjagaan jiwanya, dan mengembangkan potensinya. Karena hakikatnya, belajar ilmu adalah belajar adab. Bagaimana seseorang berinteraksi dengan seorang ‘guru’ dengan adab-adab yang baik. Belajar sekedar lewat media tidak akan mengajarkan manusia akan adab dan tidak akan mengubah akhlak, karena gurunya adalah benda mati.
Bahkan, seorang guru pun harus berguru lagi. Misalnya, jika ia seorang hafiz, ia harus talaqqi dengan seorang guru, mengulang hafalan dan bacaanya apakah ada kesalahan. Jika seseorang berhenti belajar maka akan timbul berbagai penyakit. Salah satunya adalah merasa paling benar, dalam memutuskan suatu perkara akan jadi asal bunyi dan asal beda. Hal ini berbahaya, apalagi jika ia seorang yang berpengaruh. Dengan belajar dan berguru terus menerus, kita akan selalu diberikan koreksi.
Pembinaan dalam tarbiyah adalah ruang penjagaan. Domba yang sendirian akan mudah dimangsa serigala daripada domba yang berkelompok. Dengan berjamaah, kita bisa saling menasehati dan mengingatkan. Jika kita sendirian, maka setan akan mudah menghasut kita. Maka, jama’ah adalah sebuah keharusan.
Sungguh berharga akhwat-akhwat ini. Seorang yang pemahaman agamanya baik, ia akan cepat matang. Mereka lebih tahan terhadap tantangan zaman. Seorang ulama kontemporer pergerakan islam, Sayyid Quthb berkata,
Kita sudah lama mengatakan kepada manusia: mereka yang dididik oleh Islam lebih lurus jalannya, lebih kuat tekadnya, lebih mampu memikul tanggung jawab, lebih serius mengambil dan melaksanakan sesuatu. Sebab mereka punya hati nurani sebagai penjaga, punya agama sebagai sandaran, dan punya Al Qur’an sebagai petunjuk jalan.
Ini adalah bahan perenungan, terutama bagi diri saya pribadi. Akhirnya, saya memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah agar kita diberikan hidayah dan ditetapkan di atas hidayah itu hingga akhir hayat. Segala kesalahan murni dari diri pribadi.
CMIIW
Jumat, 06 April 2012
“Adakalanya seseorang berucap dengan sesuatu kalimat yang diridhai Allah, padahal dia tidak menyangka ia akan sampai ke tahap sedemikian lalu dengannya Allah mencatatkan keridhaan untuknya sehingga hari dia bertemu Allah. Adakalanya seseorang pula berucap dengan sesuatu kalimat yang dimurkai Allah, padahal dia tidak menyangka ia akan sampai tahap sedemikian lalu dengannya Allah mencatatkan kemurkaaan untuknya sehingga hari dia bertemu Allah”. (HR Malik dan Tirmizi)
Kamis, 05 April 2012
Pembunuhan Karakter yang Sangat Kejam
Semoga Allah Ta'ala menolong kita semua dan membaguskan keturunan kita:
******
RABU, 11 Oktober tahun 2006, seorang juri yang disebut ustadz berkata kepada salah satu kontestan Pildacil yang baru saja usai memberikan “taushiyah”. Juri ini berkata, “Kamu terbaik saat ini. Ini yang diinginkan juri. Beberapa tahun ke depan, rumah dan mobil kamu akan mewah. Kamu juga akan bisa membangun masjid.”
Fantastis. Sebuah “nasihat” yang membuat miris, sehingga tak cukup hanya dijawab dengan tangis. Sebuah “nasihat” yang seharusnya membuat orangtua ngeri membayangkan masa depan anak-anaknya, kecuali jika pertanyaan yang menguasai benak kita tentang anak-anak adalah apa yang akan mereka makan sesudah kita tiada. Bukan apa yang mereka sembah, sehingga apa pun yang mereka kerjakan hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala.
Bukankah Allah Ta’ala sudah berfirman?
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".” (Al-An’aam: 162-163).
Inilah orientasi hidup yang perlu kita hunjamkan ke dada anak-anak kita. Kita hunjamkan keinginan untuk menolong agama Allah ke dalam hati mereka sekuat-kuatnya. Semoga dengan itu, ia menjadi orang yang ikhlas dalam memberikan hartanya, hidupnya, dan dirinya bagi agama ini. Sesungguhnya, amal itu bergantung pada niat. Jika anak-anak itu kelak menyembah Allah karena mengharap dunia, maka mereka tidak akan memperoleh akhirat. Sedangkan dunia belum tentu mereka dapatkan. Na’udzubillahi min dzaalik.
Adapun jika mereka membaktikan shalat, ibadah, hidup dan matinya untuk Allah semata-mata, maka sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Insya Allah mereka akan mampu menggenggam dunia dengan tangan kanannya, sedangkan di akhirat menanti surga yang penuh barakah. Allahumma amin.
Kuatnya orientasi hidup inilah yang harus menjadi perhatian kita; para orangtua dan pendidik di sekolah. Bahkan seandainya yang kita inginkan dari mereka adalah kesuksesan karier di dunia ini, kita harus menanamkan pada anak-anak kita orientasi hidup yang kuat dan bersifat spiritual. Dalam tulisannya yang bertajuk Educational Psychology Interactive (2000), W. Huitt menunjukkan bahwa seorang brilliant star (bintang brilian) –istilah Huitt tentang mereka yang memiliki prestasi luar biasa melebihi orang-orang sukses pada umumnya—biasanya memiliki ciri spiritual yang sangat khas, yakni disciple & devout. Disciple berarti ia sangat percaya pada gagasan atau ajaran seorang pemimpin besar atau guru spiritual. Sedangkan devout menunjukkan ketaatan yang sangat kuat.
Masih menurut riset W. Huitt. Seorang brilliant star juga memiliki ciri sosial yang transenden. Apapun yang ia lakukan di masyarakat adalah dalam rangka mewujudkan perintah Tuhan di muka bumi dan menjadi pelayan yang rendah hati bagi ummat manusia. Ia berbuat banyak, bahkan melampaui yang bisa dilakukan orang lain, tetapi selalu merasa belum berbuat apa-apa yang pantas bagi orang lain. Ia banyak memberi manfaat, tetapi selalu merasa apa yang dilakukan belum cukup untuk mensyukuri nikmat Allah ‘Azza wa Jalla.
Apa yang bisa kita petik dari catatan Huitt tentang brilliant star? Kunci paling pokok untuk mengantarkan anak meraih sukses adalah membentuk jiwanya, membangun motivasinya, membakar semangatnya, dan mengarahkan orientasi hidupnya semenjak dini. Kita bakar semangatnya untuk bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik demi sebuah idealisme yang buahnya ada di surga. Kita tumbuhkan pada dirinya orientasi hidup yang bersifat spiritual sejak usia kanak-kanak. Kita bangkitkan cita-cita untuk menjadi orang yang paling banyak memberi manfaat bagi agama ini dengan harta dan jiwanya.
Ini semua merupakan akar motivasi. Di sekolah, hal-hal yang bersifat motivasional tersebut secara keseluruhan termasuk bagian dari dasar-dasar berpengetahuan (the basic of knowing); bagian penting pendidikan yang harus kita bangun pada para peserta didik di jenjang sekolah dasar, terutama kelas satu sampai tiga. Mudah-mudahan dengan itu anak kita memiliki motivasi intrinsik yang kuat. Bukan motivasi ekstrinsik, yakni tergeraknya seseorang melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Bukan karena merasa apa yang dilakukannya itu baik dan memang seharusnya dilakukan.
Jika motivasi intrinsik memiliki akar yang kuat sehingga sulit diruntuhkan, maka motivasi ekstrinsik justru mudah patah tanpa perlu kita patahkan. Semakin intrinsik motivasi seseorang, semakin kuat daya tahannya melakukan sesuatu dengan penuh semangat.
Pada masa kanak-kanak, motivasi masih dalam proses perkembangan. Fase pembentukan yang paling penting berada pada rentang usia 0-8 tahun. Selanjutnya, usia 9-12 tahun merupakan fase penguatan. Secara umum, anak-anak mencapai kemapanan motivasi pada usia dua belas tahun. Artinya, pada usia ini motivasi anak cenderung stabil, meskipun masih ada kemungkinan berubah. Jika pada usia-usia sebelumnya orangtua dan guru secara terus-menerus membangun motivasi intrinsiknya, insya-Allah pada usia ini kuatnya motivasi sudah menjadi karakter anak.
Nah, apakah yang ditawarkan di acara yang bernama Pildacil? Anak-anak dilatih menirukan ceramah –bukan mengekspresikan gagasan secara alamiah—untuk meraih mimpi-mimpi tentang uang yang berlimpah, umroh gratis dan bahkan sekaligus ambisi punya rumah mewah seperti komentar juri yang saya kutip di awal tulisan ini.
Lalu, akan kita bawa ke mana anak-anak kita jika di usianya yang masih sangat belia, sudah sibuk mendakwahkan agama untuk meraih dunia? Padahal, hari ini mereka seharusnya membangun motivasi yang kuat, budaya belajar yang kokoh, integritas yang tinggi, dan visi besar yang bernilai spiritual.
Wallahu a’lam bishawab.
Di luar itu semua, ada beberapa hal yang memprihatinkan bagi perkembangan mereka di masa mendatang, terutama jika mengingat bahwa tidak mungkin mereka bisa tampil di Pildacil kecuali karena ada potensi besar pada diri mereka. Pertama, jika melihat cara mereka berbicara dan sorot matanya saat tampil, tampak betul bahwa mereka bukan sedang mengekspresikan gagasan. Tetapi mereka sedang belajar mengambil jalan pintas. Mereka menjadi kaset yang diputar ulang. Materi ceramah dan gaya berbicara, tidak sedikit yang menunjukkan bahwa bukan diri mereka yang tampil. Barangkali tidak disadari, cara seperti ini merupakan pembunuhan karakter positif anak.
Kedua, di saat anak-anak harus belajar beramal dengan ikhlas dan gigih berusaha, mereka melihat kenyataan bahwa yang membuat mereka hebat bukan usaha keras mereka untuk berbicara dengan sebaik-baiknya, tetapi seberapa banyak SMS yang masuk untuk dia. Di banyak tempat, pembunuhan karakter berikutnya terjadi: dari orangtua, pejabat pemerintah hingga pemuka agama yang tidak visioner berlomba mengeluarkan dana sekaligus menyeru untuk berkirim SMS sebanyak-banyaknya. Sekali lagi, anak belajar praktek manipulasi. Padahal orang dewasa pun seharusnya tetap belajar untuk secara jujur mengakui keutamaan orang lain dan berusaha mengambil pelajaran dari orang lain yang lebih baik.
Dampak lebih jauh dari praktek manipulasi suara –sebagian orangtua bahkan sampai menjual harta berharga untuk mendongkrak perolehan SMS—masih sangat panjang.
Tetapi belum cukup kuat hati saya untuk membahasnya saat ini. Semoga Allah berikan kepada saya kekuatan untuk menulis yang lebih tuntas di waktu mendatang.
Ketiga, anak-anak yang seharusnya belajar membangun visi hidup dan orientasi spiritual, justru kehilangan elan vital (daya hidup) untuk terus mencari ilmu dengan sebaik-baiknya karena fokusnya justru bagaimana menarik perhatian publik. Bukan menyampaikan apa yang baik. Bukankah apa yang harus disampaikan sudah dilatihkan?
Tiga hal ini hanyalah sebagian alasan mengapa kita harus menahan diri agar tidak menjerumuskan anak-anak kita ikut Pildacil. Terlalu kecil harga yang mereka terima untuk sebuah kehilangan yang sangat besar.
Anak-anak itu sangat luar biasa potensinya. Alangkah besar manfaat yang bisa dipetik oleh agama dan ummat manusia jika kita memilih membangun kekuatan jiwa, aqidah, iman, akal budi dan kegigihannya saat ini sehingga kelak mereka bisa memberi kebaikan yang sebesar-besarnya. Betapa pun, harus kita akui dengan jujur, Pildacil sama sekali bukan untuk melakukan pembibitan generasi Islam.
Pildacil adalah bisnis dan hiburan, karena hanya inilah kamus yang dikenal oleh TV!
Senin, 02 April 2012
Onigiri: Antara Deadline dan Kelaparan
Nori ini ada rasanya, jadi.. onigirinya tak perlu diisi yang lain (pan ceritanye kagak ada persediaan makanan, kecuali nasi, nori, dan garam secukupnya-seujung sendok aj u/satu dua centong). biar rapi saya tulis bahan dan alatnya (macem praktikum d lab jee)
Bahan:
satu lembar nori, potong memanjang dgn lebar 1 cm
dua centong nasi penuh
sejumput/sepucuk sendok garam
Alat
plastik untuk membentuk nasi
Cara kerja
-nasi diuleni dengan garam sampai merata
-ambil 2 sendok nasi yang sudah diuleni ke plastik. bentuk persegi panjang melebar, padatkan
-letakkan satu lembar nori di tengah padatan nasi, gulung nori sehingga terbungkus nasi
-sisa nori bisa diletakkan juga disekeliling onigiri yang sudah jadi.
porsi: 4 s.d 5 buah