Aku masih ingat betul, do'a apa yang aku ucapkan saat pertama kali merantau ke Purwokerto. "Ya Allah, pertemukan aku dengan orang-orang yang baik. Karena aku jauh dari pengawasan orang tua."
Tiga tahun telah berlalu, saat itu aku sedang berjalan menuju kosan bersama seorang sahabatku di Rohis. Tiba-tiba aku teringat do'aku, kemudian aku ungkapkan pada sahabatku ini, "Emah, tau gak dulu aku bernah berdo'a semoga dapet temen yang baik dan do'aku memang dikabulkan" Kataku sambil tersenyum. "Iya ta? Alhamdulillah.." katanya sambil membalas senyumku. Demikian kurang lebih percakapan kami. Aku sungguh bersyukur dipertemukan dengan kawan2 di Rohis.
Aku sudah ikut berbagai macam unit kegiatan dan hanya Rohis yang aku pertahankan sampai akhir, karena di sana, jiwaku tumbuh dan berkembang dengan sehat. Aku memahami siapa diriku, hendak kemana akhir perjalanan ini, dan bagaimana semestinya aku hidup.
Aku merasakan manisnya iman, persahabatan (ukhuwah), dan indahnya perjuangan. Tertawa, menangis, senyum bahagia, senyum getir, kami lalui bersama. Meski perselisihan tiada mungkin dihindari, tangan-Nya selalu menyatukan kami kembali.
di mana aku belajar disiplin dan mandiri?
di mana aku belajar mengerti dan memahami?
di mana aku belajar berbagi?
di mana aku belajar berani?
di mana aku belajar sabar dan tegar?
di mana aku belajar untuk tidak menyerah?
di mana aku belajar keikhlasan?
semua kudapati tiada lain di sini, Rohis, rumah keduaku kala itu.
Meski aku baru aktif Rohis di kampus, aku turut bersedih. Rohis, mushola, dan masjid sekolah difitnah sebagai tempat perekrutan teroris (masa' perekrutan macem tu pake pola pengkaderan umum sih? terbuka pula?).
Keep spirit for my sisters and brothers. Tetap semangat, tetap pinter, tetap cerdas, tetap cemerlang, tetap berprestasi!!
Tiga tahun telah berlalu, saat itu aku sedang berjalan menuju kosan bersama seorang sahabatku di Rohis. Tiba-tiba aku teringat do'aku, kemudian aku ungkapkan pada sahabatku ini, "Emah, tau gak dulu aku bernah berdo'a semoga dapet temen yang baik dan do'aku memang dikabulkan" Kataku sambil tersenyum. "Iya ta? Alhamdulillah.." katanya sambil membalas senyumku. Demikian kurang lebih percakapan kami. Aku sungguh bersyukur dipertemukan dengan kawan2 di Rohis.
Aku sudah ikut berbagai macam unit kegiatan dan hanya Rohis yang aku pertahankan sampai akhir, karena di sana, jiwaku tumbuh dan berkembang dengan sehat. Aku memahami siapa diriku, hendak kemana akhir perjalanan ini, dan bagaimana semestinya aku hidup.
Aku merasakan manisnya iman, persahabatan (ukhuwah), dan indahnya perjuangan. Tertawa, menangis, senyum bahagia, senyum getir, kami lalui bersama. Meski perselisihan tiada mungkin dihindari, tangan-Nya selalu menyatukan kami kembali.
di mana aku belajar disiplin dan mandiri?
di mana aku belajar mengerti dan memahami?
di mana aku belajar berbagi?
di mana aku belajar berani?
di mana aku belajar sabar dan tegar?
di mana aku belajar untuk tidak menyerah?
di mana aku belajar keikhlasan?
semua kudapati tiada lain di sini, Rohis, rumah keduaku kala itu.
Meski aku baru aktif Rohis di kampus, aku turut bersedih. Rohis, mushola, dan masjid sekolah difitnah sebagai tempat perekrutan teroris (masa' perekrutan macem tu pake pola pengkaderan umum sih? terbuka pula?).
Keep spirit for my sisters and brothers. Tetap semangat, tetap pinter, tetap cerdas, tetap cemerlang, tetap berprestasi!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar