Senin, 30 Januari 2012
Selasa, 24 Januari 2012
Le Tour de Bali
Senin, 16 Januari 2012
Ahsanu Amalaa
Rabu, 11 Januari 2012
Belajar dan Mengajar
Baiklah, biar gak sia-sia ni nge-postnya, saya share pengalaman, apa2 aja sih yang biasanya saya (yang seorang pemula dan bukan dari latar belakang keguruan) lakukan.
Hal pertama adalah persiapan sebelum masuk kelas (scr administrasi ada RPP-rencana pelaksanaan pembelajaran). Tertekan asli. Kita mesti njelasin konsep materi. Jadi mesti benar2 paham dan berusaha bisa 'bagaimana menyampaikan ke murid agar ketika saya menerangkan warna merah, maka warna merahlah yang mereka tangkap, bukan warna lain'.
Biasanya kelas pertama akan menjadi laboratorium percobaan. Setelah masuk kelas pertama maka kita akan menemukan misalnya kekurangan kita saat menyampaikan materi dan bagaimana seharusnya yang tepatnya. Nah, ketika masuk kelas berikutnya dengan materi yang sama, sudah lancar.
Kalau materinya ganti lagi, kan mesti persiapan awal lagi?! Biasanya tertekan lagi. Maklum baru pertama ngajar di kelas formal.
Kedua, kondisi kelas. Kondisi pagi, siang, dan sore berbeda. Apakah mereka masih fresh atau sudah jenuh? Ada kalanya ketika kita berbicara mereka ikut bicara. Jadi, biasanya kalau sudah begitu, saya akan mencatat poin penting terlebih dahulu di papan tulis, setelah itu saya diam menyapu pandangan ke seluruh kelas untuk mendapatkan atensi, kemudian berkata semacam ini "tolong beri waktu saya 15 menit saja menjelaskan, bisa?" saya ulangi pertanyaan bisa? Sampai semua anak menjawab bisa. Barulah saya menjelaskan. Setelah menjelaskan, saya beri tugas atau latihan, jadi mereka sibuk dengan tugas atau latihan itu.
Cukup dulu untuk share-nya, saya harus siap2 masuk kelas lagi =D.
Oiya, last but not least:
Tidak semua murid punya motif/tujuan yang sama saat pergi ke sekolah.
Senin, 09 Januari 2012
Siapa Mau Jadi Hafizoh?
Alhamdulillah, Ahad kemarin (8/01) saya dan kawan-kawan kesampaian juga jaulah ke Pesantren Ummu Habibah di daerah Benda Tangerang. Hmm, seneng dan sekaligus miris (miris terhadap diri sendiri sih). Jadi, saat berbincang dengan Teh Ipun, putri alm.Ustz Yoyoh yusroh, beliau mengatakan sedang kekurangan staf pengajar. Syarat awalnya adalah hafal Qur’an 30 juz (saat beliau menyebutkan ini, saya dan salah seorang teman saling berpandangan dan tersenyum penuh arti ‘astaghfirullah, menyedihkannya kami’). Kemudian beliau berkata, karena sekarang cukup jarang akhwat hafizoh, standarnya diturunkan yang penting sayang dengan anak2 dan hafal minimal 10 Juz (saat beliau berkata demikian, kembali kami saling berpandangan penuh arti ‘Innalillahi, sangat menyedihkannya kami’).
Pesantren ini memang khusus mencetak hafizoh usia SD. Pesantren ini hanya menerima kelas 1 s.d 6 sekolah dasar. Satu kelas berisi 20 anak. Kebetulan di sana memang sedang ada acara dari Salimah Tangerang yang dipimpin oleh Ibu Syarifah. Acaranya adalah penyantunan anak yatim dan janda di sekitar pesantren. Jadi, kami bisa melihat perform yang dipersembahkan oleh adik-adik calon hafizoh ini. Hmm, senangnya melihat mereka berpakaian lengkap (pakaian muslimah, kerudung, dan juga kaos kaki) meskipun masih kecil2. Anggun dan lucu2 =). Masya Allah, malu deh kalau mengingat syarat menjadi pembimbing di sana. Insya Allah termotivasi untuk lebih baik, tetapi hmm berat banget. Hal semacam ini harus senantiasa dilakukan untuk meng-upgrade lemahnya motivasi.
Jadi ingat salah satu percakapan di Film Hafalan Shalat Delisa, kurang lebih seperti ini.
Delisa: Ustad Rahman, kenapa sih Delisa gak bisa hafal-hafal bacaan sholatnya?
Ust. Rahman: Karena Delisa menghafal untuk mendapatkan hadiah (kalung emas), makanya sulit dan berat.
Penonton (saya): * tertohok sekali.
di aula
kawan
perform
perform