Selasa, 14 Juni 2011

Ciri-Ciri (calon) Penghafal Quran



Lama tak menari jemari ini tuk berbagi di sini. Begitu banyak hikmah yang menuntut tuk disebarkan, tapi apa daya. Hehe



Sejenak mengutip dari sebagian ayatNya di Surah Maryam, "Maka sungguh telah dijadikannya (Al Quran) itu mudah bagi lisanmu." Ada kata-kata "MUDAH" di ayat itu. Berarti kata lainnya, Allah telah MENCABUT semua alasan yang mungkin jadi penyebab kita tidak/belum hapal ayat-ayatNya. Atau Allah telah mencabut alasan yang sering kita utarakan dalam melalaikan Quran. 


Mungkin sering ya kita memberikan waktu untuk Quran itu hanya sekadarnya, "kalo sempet", "kalo ga sibuk", dan banyaak "kalo-kalo" yang lain. Lupakah kita kalau Quran ini petunjuk pertama dan yang utama? Lupakah kita dengan PERINTAH pertama dariNya yaitu untuk MEMBACA? Lupakah kita kalau Quran ini adalah bekal utama yang nyata?


Coba mulai saat ini, minimal kita agendakan waktu untuk bersama Quran dalam kegiatan rutin kita, seperti halnya kita rutin shalat, makan, mandi, dan sebagainya. Sibuk? Sibuk bukan alasan! Semua kita juga Allah beri kesibukan, tetapi banyak saudara kita yang komitmen membersamai Quran. Catat ini dalam hati kita, kalau bukan Quran yang kita baca, bukan pada Rasulullah kita menempatkannya sebagai idola, dan bukan pada Allah kita menghamba. maka surga itu cuma mimpi bagi kita.


Lho, kayaknya 'melenceng' dari judul ya? Yah ga apa-apa lah, kan mengingatkan tentang URGENSI Quran, hehe.


Kembali ke judul, dipaparkan oleh ustaz Abdul Aziz Abdur Rauf tentang ciri dari orang yang berbakat menghapal Quran. Berikut ciri-cirinya menurut beliau:


1. Siap berlama-lama membaca al Quran
Kita siap meraih pahalanya. Begitu asyik melantunkannya. Hanyut dalam kisah-kisahnya. Menderu rindu dengan janjinya. Merengkuh cahayanya. Dan yang lainnya masih banyak lagi yang bisa digapai disaat kita berlama-lama bersama al Quran.

2. Senang dan termotivasi setiap kali mendengar taujih al Quran
Kita senantiasa senang mendengar taujih al Quran, sebagaimana para jin begitu senang mendengar taujih robbani ini.
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (QS. Jin: 1)

3. Senang mendengar bacaan al quran
Rasulullah begitu ingin mendengarkan ayat-ayat yang dilantunkan orang lain. Hal ini sebagaimana terungkap dalam hadits,

Dari Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Bacakan Al Quran kepadaku.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Al Quran kepada baginda, sedangkan kepada bagindalah Al Quran diturunkan?” Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku.” Kemudian aku membaca surat An-Nisa’. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).” Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. (Sahih Muslim No: 1332)

Imam Nawawi berkata “Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Al Quran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri.”

4. Menetapkan waktu wajib bersama al Quran
Kita terkadang lupa atau memang dilupakan?! Makan kita teratur, jam kerja apalagi. Jam istirahat tentu saja. Atau aktifitas lainnya, ya semua sudah ada agendanya. Namun, dalam aktifitas harian kita, apakah kita sudah menetapkan jam wajib bersama al Quran?! Ya kita tetapkan mulai detik ini jam wajib bersama al Quran.

5. Senang berteman dengan penghafal al Quran
Sangat populer buat kita ungkapan orang Arab, bila kita berteman dengan tukang pandai besi kita akan terkena hitam dan percikan besi tersebut. Dan bila berteman dengan tukang minyak wangi, kita pun ikut kecipratan  wanginya. Apatah lagi, kita akan tentram, sejuk, tenang dan perasaan damai bila bergaul dengan para penghafal al Quran yang Allah ditinggikan derajatnnya.

6. Banyak ibadah supaya mendapatkan kemudahan menghafal al Quran
Diantara penyebab kenapa seseorang begitu sulit menghafal al Quran, bisa jadi karena ibadahnya bolong-bolong atau kurang. Karena semakin banyak ibadah seseorang, tentunya ia semakin dekat dengan Allah dan semakin dekat pula segala pertolongan-Nya.

7. Sangat iri (ghibthoh) dengan yang hafal al Quran
Pernahkan terbersit dalam jiwa kita perasaan ini terhadap para hafizhul  Quran? bila jawabannya ya, yakinlah kita sebentar lagi menyusul dan menyertai mereka.

8. Banyak doa untuk menjadi hafidzul quran
Seorang mukmin hendaknya selalu berdo’a kepada Allah dimanapun dan kapanpun ia berada sebagaimana Allah berfirman:
“dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka seseungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Rabbmu itu Mahapemalu dan Mahamulia, malu dari hambaNya jika ia mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada-Nya kemudian menariknya kembali dalam keadaan hampa kedua tangan-nya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dan Al-Albani)

Ibarat anak kecil yang merengek meminta uang jajan pada orangtuanya, semakin merengek orang tua akhirnya mengabulkan permintaan anaknya. Apalagi kita memohon terus menerus, siang malam agar menjadi hafizhul quran, tentunya Allah Maha Luas Hamparan Karunia-Nya.

9. Senang dengan qiyamul lail yang panjang
Maha benar Firman Allah Swt,
“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al Insan: 26)

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.’” (QS. Al Isra’: 79-80)

“Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil: 2-6)

10. Banyak menghatamkan al Quran
Disebutkan bahwa Imam Ahmad terkenal dengan hafalannya yang kuat. Kenapa demikian, karena ternyata selama hidupnya beliau telah mengkhatamkan al Quran sebanyak 7000 kali!!. Pertanyaan buat kita, apabila usia kita sekarang 40 tahun sudah berapa kali khatam. Kalau diambil minimalnya, satu bulan 1 kali berarti kita hanya sampai 40X12=480, ya hanya 480 kali!. Bagaimana bila bolong-bolong dalam satu bulan tidak sampai khatam?!

11. Berusaha tetap bersama al Quran meski sedang malas
Orang yang terbiasa membaca al Quran, ia akan tetap membaca al Quran meski sedang malas (futur). Ibarat olahragawan yang biasa rutin mengelilingi lapangan stadion sepuluh kali, disaat malas ia tetap berlari mengelilingi stadion meski tiga putaran saja. Artinya ia masih tetap melaksanakan, jangan sampai tidak sama sekali.

12. plus; JANGAN BANYAK ALASAN UNTUK TIDAK MEMBACA DAN MENGHAFAL AL QURAN




Panjang ya? Namun, semoga tetap menyemarakkan semangat tuk meraih nikmat bersama Quran. "Kita siap meraih pahalanya. Begitu asyik melantunkannya. Hanyut dalam kisah-kisahnya. Menderu rindu dengan janjinya. Merengkuh cahayanya. Dan yang lainnya masih banyak lagi yang bisa digapai disaat kita berlama-lama bersama al Quran."

Sekre KARISMA ITB, 30 Mei 2011
http://www.fazri91.co.cc/2011/05/oleh-oleh-dari-lembang-ciri-ciri-calon.html

Jumat, 10 Juni 2011

Allah Pasti Memberi Jika Kita Meminta

Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.

Apapun yang kita cita-citakan tentu membutuhkan usaha dan doa untuk mencapainya. Ketika kita telah berusaha dan hasilnya sesuai harapan, kita patut bersyukur. 

Ketika kita tidak mampu memperolehnya, kita juga harus pandai-pandai bersyukur. Atau, jika kita lebih ahli dalam hal sabar, sabar pun merupakan kendaraan yang bagus selain syukur. Mesti ada hikmah atau sesuatu yang lain yang kita dapatkan, meskipun kita tidak tahu apa itu.

Ada sebuah hikmah yang bisa dipetik dari kisah berikut ini.
Saya tengah memutuskan untuk mendaftar menjadi tenaga pengajar atas rekomendasi kawan Ibu. Maka, saya mencoba membuat dua buah surat lamaran. Kemudian, saya berdoa semoga saya bisa diterima di salah satunya.

Saya menghubungi seorang 'adik' saya di Surabaya,"Dy, doain ya, moga aku keterima ngajar di SMK ni" kira-kira begitu salah sau penggalan sms saya.

"Ya, mba Insya Allah. Jangan menyerah. Aku aja dulu ngelamar ke 22 sekolah, barulah yang ke 22 itu aku diterima ngajar" begitu ia berkisah.

Mulanya, saya menginginkan dukungan moral darinya, tapi mengetahui angka ke-22, malah membuat saya patah harapan. Bayangkan, baru yang ke-22 ia bisa diterima? Sedangkan diri saya?

Tapi, pada akhirnya, adik saya ini tidak melanjutkan jadi guru karena ia diterima di tempat yang lebih bagus Sesuai harapan dia dan orang tuanya agar menjadi PNS saja. Ia diterima sebagai PNS di Badan Pusat Statistik (BPS). Hingga sayapun berpikir betapa beruntungnya adik saya ini. Baru lulus, kemudian tes2 berbagai ujian masuk PNS dan langsung bisa menjadi PNS.

Hikmah yang saya dapati dari kisahnya adalah...
Ya, Allah sudah pasti memberikan apa yang kita minta dan usahakan. Namun, wujudnya kadang tidak sesuai harapan kita. Karena, kita diberikan yang lebih baik lagi dari harapan itu. Hasilnya jauh lebih bagus. 

Sebagaimana usaha adik saya yang ke sana kemari melamar menjadi guru sampai ke 22 sekolah ia datangi. Bikin surat lamaran, ngeprint, fotokopi, dan mondar-mandir, tentu bukan hal yang sepele.  

Apa yang ia dapat? Allah melihat usaha dan doanya, maka Allah berikan kemudahan, bukan menjadi guru honorer, tapi langsung menjadi PNS. 

Memang benar kata Umar r.a, sabar dan syukur memang kendaraan yang bagus. Jika kita memiliki salah satu dari keduanya, kita akan menjadi orang yang beruntung.

(Hehe, maap nih, kan banyak juga yang ilfeel dengan orang2 yang ngebet pengen jadi PNS. Kisah ini cuma contoh saja, yang bisa diambil hikmahnya).

Satu Tamparan untuk Sebuah Pertanyaan

Beberapa pemuda berkumpul di bawah pohon rindang, di tengah padang rumput. Ada yang antusia mendengar, ada yang terkantuk-kantuk karena semilir angin, dan ada pula yang sibuk mencatat. Mereka mendengarkan gurunya menyampaikan sebuah pengajaran.

Sang guru menjelaskan tentang dahsyatnya siksa neraka. "takutlah kalian terhadap api neraka, yang bahan bakarnya adalah jin dan manusia."

Demi mendengar perkataan gurunya ini, salah seorang pemuda mengangkat tangannya hendak bertanya,"Guru!" katanya. 

"Ya, ada apa anakku?" 

"Bukankah jin terbuat dari api juga? Bagaimana mungkin mereka merasakan panasnya api neraka, sementara tubuh mereka terbuat dari api juga?" tanya sang pemuda. 

Sang guru tersenyum, kemudian ia melanjutkan,"kemarilah anakku, akan aku tunjukkan kepadamu sebuah jawaban."

Si pemuda maju ke hadapan sang guru. Kemudian, tanpa aba-aba, sang guru menampar pipi si pemuda. Ia kaget bukan kepalang, demikian juga kawan-kawannya. Tentu saja, ia hanya bertanya dan mengapa sang guru menampar dirinya,

"Guru, kenapa anda menampar saya? Apa kesalahan saya?" tanya si pemuda sambil mengelus pipinya yang terasa perih. 

"Sakit?" Sang guru malah balik bertanya. 

"Sakitlah, ditampar kok." Jawab si pemuda.

"Saya manusia, engkaupun juga kan anakku? Manusia terbuat dari apa?"

"Unsur tanah" jawab si pemuda lagi. 

"Ya, itu yang hendak saya tunjukkan kepadamu. saya dan kamu terbuat dari tanah. Tetapi, ketika tangan saya menampar pipimu, kamu tetap merasakan sakit juga kan anakku Demikian juga dengan siksa api neraka terhadap jin." Terang sang guru.